gejolak mesir


SUNGGUH IRONIS JIKA RAKYAT PERANG MELAWAN RAKYAT, TAPI APA BOLEH DIKATA ....
Metrotainment.net – jika sebelumnya terjadi masa yang berdemonstrasi melawan pemerintahan, menuntut tumbangnya rezim Mubarak, kini yang ada hanya lah perang antar rakyat.
Setelah hampir 8 hari terjadi demonstrasi yang tak kunjung usai, sejak 2 Februari 2011 silam telah muncul kubu pro Mubarak. Rakyat pun kini terpecah belah.
Massa pro Mubarak muncul ketika presiden yang telah berkuasa selama tiga dekade tersebut menolak turun dari kursi pemerintahannya.
Beliau hanya menjanjikan tidak akan mencalonkan diri lagi pada pemilu September mendatang. Mereka keluar dalam jumlah yang besar 


Kerusuhan ini terjadi hanya beberapa jam setelah Juru Bicara Militer meminta kepada demonstran untuk membubarkan diri.
Bentrokan antara dua kubu berlangsung sengit. Masyarakat berkudeta, yang bersenjatakan kayu dan batu, harus berhadapan dengan kubu pihak Mubarak yang membawa bom molotov, blok beton, tongkat, bertunggangkan kuda dan unta.
Bahkan diduga membawa pisau dan senjata tajam lainnya karena menurut beberapa saksi mata terdengar letusan senjata tajam di sela-sela bentrok. Seperti dilansir Sidney Morning, diperkirakan tiga orang demonstran tewas karena terjangan peluru tajam.
Demonstrasi massal di Mesir itu terinspirasi oleh gerakan mas­sa di Tunisia beberapa pekan se­belumnya. Didera masalah se­rupa, yaitu mahalnya harga ke­bu­tuhan pokok dan tingginya ting­kat pengangguran, rakyat Tunisia berhasil membuat presiden yang telah berkuasa selama 23 tahun, Zine Ben Ali, jatuh dan kabur keluar negeri pada 14 Januari.
mengapa ada demo?
RMOL.Rezim Hosnu Mubarak yang zalim jadi alasan utama demonstran melancarkan revolusi jalanan. Gerakan massa di Kairo juga mirip aksi di Tunisia yang sukses menggulingkan presidennya. Kairo bakal berdarah-darah layaknya Tunisia.
Unjuk rasa besar-besaran mulai Selasa (25/1) sampai Rabu (26/1) dilakukan serempak di se­jum­lah kota di Mesir. Pihak ke­ama­nan kelelahan dan kewalahan ber­jibaku dalam demonstrasi ter­besar Mesir beberapa tahun ter­akhir. Kemarahan rakyat bisa di­mengerti karena rezim otoriter Pre­siden Hosni Mubarak tidak mam­pu menyelesaikan krisis eko­nomi yang berkepanjangan.
Ketidakpuasan atas lamban­nya pemerintahan Mubarak meng­atasi krisis ekonomi mem­buat se­bagian kalangan di Mesir ma­rah. Mereka juga tidak tahan di­tekan rezim Mubarak, yang di­anggap selalu bertindak se­we­nang-we­nang dan otoriter.
“Ini merupakan kali pertama saya ikut unjuk rasa. Kami sudah menjadi bangsa penakut, namun akhirnya kami berani menga­takan tidak,” kata Ismail Syed, seorang pekerja hotel yang hanya mendapat upah sekitar 50 dolar AS per bulan atau tidak sampai Rp 500 ribu.
“Kami ingin perubahan, sama seperti di Tunisia,” kata Lamia Rayan.


Keadaan Mesir dirasakan semakin carut marut. Sikap otoriter yang diusung Mubarak seakan tidak memperbaiki apapun. Malah memperburuk keadaan.
Harga pangan yang melambung tinggi, pengangguran meningkat, tidak ada kebebasan berbicara, hingga kemarahan rakyat atas tindakan korupsi yang merajalela.
Selama 32 tahun menjabat sebagai kepala negara, Mubarak diduga telah melakukan banyak tindakan korupsi. Apalagi mengingat bahwa istri beliau sudah masuk dalam klub miliarder sejak 2000 silam.